Somatophylakes (bahasa Yunani: Σωματοφύλακες; singular:
somatophylax, σωματοφύλαξ), dalam terjemahan bahasa Inggris dari bahasa Yunani, berarti "bodyguard".
Tubuh yang paling terkenal dari somatophylakes adalah Philip II dari Makedonia dan Aleksander Agung. Mereka terdiri dari tujuh orang, yang diambil dari bangsawan Makedonia, yang juga bertindak sebagai perwira militer berpangkat tinggi, memegang posisi komando seperti umum atau chiliarch. Alexander the Great menunjuk Peucestas sebagai somatophylax kedelapan setelah pengepungan Malli.
Sama seperti sekarang, orang-orang penting di zaman kuno memiliki pengawal untuk melindungi mereka dan mem'bersih'kan jalan ketika mereka akan melewatinya. Konsep bodyguard telah tercatat dalam sejarah Kerajaan Yunani kuno. Pada tahun 356 sebelum masehi, yakni pada masa kepemimpinan Alexander Agung. Kerajaan Yunani kuno tercatat sudah memiliki Somatophylax. Dalam bahasa Inggris, Somatophylax diartikan bodyguard. Sesuai dengan namanya, tugas Somatophylax adalah sebagai pelindung pribadi.
Pada masa itu, Somatophylax bekerja untuk melindungi raja. Mereka adalah orang pilihan yang memang memiliki kemampuan serta loyalitas terhadap kerajaan dan raja. Sebagian besar dari mereka diambil dari unit elite kavaleri Macedonia yang disebut the hetairoi.
Selama masa pemerintahan Alexander Agung, terutama setelah jatuhnya jendral-jendralnya Parmenion dan Philotas (330), ia semakin sering menggunakan Somatophylax untuk misi-misi khusus.
Pada abad ketiga, jabatan "somatophylax" diberikan kepada pejabat pengadilan tinggi. Pejabat yang lebih tinggi bisa menerima peringkat archisomatophylax, "archbodyguard".
The Praetorians Guard
The Praetorian Guard (bahasa Latin:
cohortes praetorianae) adalah unit elit dari pasukan Kekaisaran Romawi yang anggotanya bertugas sebagai pengawal pribadi untuk Kaisar Romawi. Selama era Republik Romawi,
Praetorian berfungsi sebagai pasukan pengawal kecil untuk pejabat tinggi seperti Senator atau Gubernur Provinsi seperti Procurators. Dengan transisi Republik ke dalam Kekaisaran Romawi, bagaimanapun, kaisar pertama Augustus mendirikan Garda sebagai detail keamanan pribadinya.
Praetorians yang berarti 'penjaga' dan terma ini muncul sekitar tahun 275 SM pada masa Kekaisaran Roma. Pada saat itu 'Praetorians Guard' adalah angkatan bersenjata khusus yang tugasnya menjaga keselamatan para panglima Roma, tetapi kemudian berubah fungsi menjadi pengawal pribadi Kaisar.
Di zaman Romawi kuno, Praetorians pada mulanya adalah pengawal elit untuk para pemimpin sipil atau militer, di bawah pemerintahan Republik. Ketika Republik berakhir, kaisar pertama, Augustus, membentuk penjaga elit dari praetorianus untuk melindungi dirinya sendiri.
The Praetorian Guard yang pertama dibentuk sangat berbeda dari yang di kemudian hari, yang menjadi kekuatan vital dalam kekuatan politik Roma. Sementara Kaisar Augustus memahami perlunya memiliki pelindung di pusat Roma, ia berhati-hati untuk menegakkan the Republican veneer dari rezimnya. Dengan demikian, ia hanya mengizinkan sembilan cohorts yang akan dibentuk, masing-masing awalnya terdiri dari 500 orang. Dia kemudian meningkatkannya menjadi 1.000 orang masing-masing, tetapi memungkinkan tiga unit untuk tetap bertugas pada waktu tertentu di ibukota. Sejumlah kecil unit kavaleri terpisah (turmae) masing-masing 30 orang juga diorganisasikan. Ketika mereka berpatroli dengan tidak menarik perhatian di istana dan bangunan-bangunan besar, yang lain ditempatkan di kota-kota sekitar Roma. Sistem ini tidak diubah secara radikal dengan penunjukan oleh Kaisar Augustus pada 2 SM dari dua prefek Praetorian, Quintus Ostorius Scapula dan Publius Salvius Aper, meskipun organisasi dan komando ditingkatkan. Sistem ini tidak diubah secara radikal dengan penunjukan oleh Augustus pada 2 SM dari dua pejabat Praetorian, Quintus Ostorius Scapula dan Publius Salvius Aper, meskipun organisasi dan komando ditingkatkan. Tacitus melaporkan bahwa jumlah cohorts meningkat menjadi dua belas dari sembilan pada tahun 47 Masehi. Pada tahun 69 Masehi, jumlah itu sedikit meningkat menjadi enam belas cohorts oleh Vitellius, tetapi Vespasian dengan cepat mengurangi lagi menjadi sembilan.
Samurai
Di Jepang, konsep bodyguard terlihat dalam diri Samurai. Sebagai ahli bela diri dan teknik pedang, Samurai tercatat sebagai bodyguard yang loyal. Mereka tidak hanya melayani kekaisaran, tetapi juga melayani keluarga-keluarga kaya.
Kemunculan Samurai dimulai tahun 794. Pada masa itu, Samurai bekerja pada tuan tanah. Para Samurai dibayar dengan beras. Besarannya bervariasi. Namun kebanyakan dari Samurai bisa hidup layak dengan bayaran tersebut.
Salah satu yang membedakan Samurai dengan bodyguard di Eropa, yakni pada loyalitas dan semangat. Dalam perkembangannya, Samurai tidak hanya sebatas sebagai sebuah profesi, melainkan sebagai panggilan hidup. Mereka bahkan menerjemahkan Samurai sebagai Bushido, berasal dari dua kata, yakni Bushi dan Do. Bushi berarti kesatria, sementara Do dalam bahasa Jepang berarti cara hidup. Secara sederhana, Bushido diterjemahkan sebagai cara hidup seorang kesatria.
Nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam Bushido adalah kesederhanaan, kesetiaan, penguasaan seni bela diri dan kehormatan sampai mati. Itu sebabnya, ketika seorang Samurai kehilangan kehormatannya, dia akan bunuh diri dengan katana atau pedang miliknya. Aksi bunuh diri itu dikenal dengan sebutan harakiri.
Cara hidup ini kemudian menjadi kultur masyarakat Jepang yang dihayati. Nilai-nilai itu terus mereka amalkan sampai kini. Salah satu perwujudan nilai itu tercermin dalam aksi kamikaze tentara Jepang dalam perang dunia kedua. Mereka rela mati demi kehormatannya dan negaranya.
Centeng Betawi
Jakarta tempoe doeloe
Di Indonesia, konsep bodyguard juga sudah ada sejak lama. Pada masa penjajahan Belanda, di Batavia banyak bodyguard Betawi yang dikenal dengan sebutan centeng. Centeng sendiri mulanya merupakan sebutan untuk penjaga malam, baik rumah, gudang, ataupun pabrik.
Selain sebagai penjaga, centeng juga memiliki beberapa tugas lainnya, seperti menjadi pengawal majikannya. Kebanyakan majikan merupakan orang Tionghoa atau tuan tanah Betawi. Dalam perkembangannya, pemaknaan istilah centeng pun mulai bergeser seiring dengan bertambahnya tugas centeng.
Mereka tidak lagi hanya sebagai penjaga, tapi juga sebagai tukang pukul. Pada awal tahun 1900-an, para jawara Betawi banyak yang menjadi centeng. Mereka dikenal sebagai bodyguard yang loyal terhadap majikan. Mereka bahkan tidak segan-segan membunuh orang atas perintah majikan.
Mulai tahun 1950-an, istilah centeng pun perlahan berubah maknanya menjadi negatif. Centeng yang dulu adalah bodyguard, kemudian disamakan dengan preman. Sejumlah orang yang menjadi centeng pun kebanyakan orang dari dunia kriminal, seperti mantan tahanan.
Para centeng yang semula bekerja pada tuan tanah, menjadi liar. Mereka menjadi orang bebas yang dengan kekuatannya mengintimidasi orang untuk mendapatkan uang. Para pengusaha di wilayah tertentu yang bisnisnya ingin aman, harus memberikan setoran pada centeng.
Bodyguard / Pengawal Pribadi Profesional
Seiring berkembangnya zaman, centeng pun kemudian menghilang. Para bodyguard yang semula merupakan jawara-jawara kampung, kini berganti dengan bodyguard profesional yang terlatih. Tidak seperti di film-film Hollywood, para bodyguard bekerja dengan prosedur yang sudah ditetapkan.
Pengawal pribadi adalah orang yang bertugas melindungi seorang individu yang terkenal, kaya, berpengaruh, atau dari segi politik merupakan tokoh penting dari serangan kekerasan, penculikan, pembunuhan, pelecehan, hilangnya informasi rahasia, ancaman atau tindakan kejahatan lainnya.
Tokoh publik yang paling penting seperti kepala negara, kepala pemerintahan, dan gubernur dilindungi oleh beberapa pengawal atau oleh tim pengawal dari lembaga negara, pasukan keamanan, atau pasukan polisi (misalnya, di AS, the United States Secret Service atau the State Department's Diplomatic Security Service). Di sebagian besar negara di mana kepala negara juga adalah pemimpin militer, para pengawal pribadi berasal dari satuan dan unit elit militer. Sedangkan untuk tokoh publik yang memiliki profil risiko ancaman rendah, biasanya didampingi oleh pengawal tunggal yang berfungsi ganda sebagai sopir. Sejumlah selebriti terkenal dan CEO terkenal juga menggunakan pengawal pribadi. Di beberapa negara atau wilayah (misalnya, di Amerika Latin), orang-orang kaya menggunakan pengawal pribadi ketika mereka berpergian. Dalam beberapa kejadian, pengawal pribadi sampai menggunakan kendaraan lapis baja, untuk melindungi mereka.
Kebanyakan bodyguard pun tidak lagi bekerja pada tuannya langsung, melainkan bekerja pada perusahaan penyedia jasa bodyguard.
Era Digital
Cepat, mudah dan simple merupakan tolak ukur berbagai layanan kebutuhan pada era digital. Dengan perkembangan teknologi yg semakin cepat, kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa meningkat, persaingan bisnis yg ketat, permasalahan social semakin beragam, mendorong hadirnya berbagai inovasi teknologi guna mempermudah dan mempercepat layanan akan kebutuhan barang atau jasa itu sendiri. Terbukti dengan hadirnya layanan transportasi online (gojek, grab), pariwisata (traveloka), e-commerce (tokopedia, bukalapak) dan sebagainya.
Kejahatan di era digital tidak lagi hanya menyasar kepada strata social atas saja, namun juga menyasar strata social menengah dan bawah. Terbukti tindak kriminal pada strata social menengah dan bawah meningkat dan beragam.
Berbagai klasifikasi kejahatan yang marak terjadi diantaranya pencuriam dengan kekerasan (curas), pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian biasa, penculikan, perbuatan tidak menyenangkan, pembunuhan, penganiayaan berat, kejahatan terkait senjata, kejahatan terhadap ketertiban umum, pengeroyokan, pemerasan, pengancaman, pengrusakan, pencurian melalui ATM, terorisme, perampokan/pembajakan, kejahatan non konvensiaonal dan sebagainya.
Kejahatan tersebut dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Hal ini mendorong hadirnya system pengamanan yg cepat dan mudah serta mampu menangani permasalahan kejahatan tersebut.
System pengamanan berbasis mobile apps menjadi pilihan kemanan saat ini. Dimana applikasi ini fokus kepada layanan pengamanan dan pengawasan yang di dukung oleh para mitra terlatih, tersetifikasi, kompeten, dan profesional dalam bidang pengamanan.
Inovasi system pengamanan ini membuat masyarakat khusunya di indonesia tidak perlu lagi bingung mendapatkan jasa pengamanan dengan mencari security ke agen atau penyalur jasa pengamanan secara manual. Cukup dengan menggunakan mobile phone kapanpun dan dimanapun, pengguna dapat menikmati layanan pengamanan yg dibutuhkan.